Powered By Blogger

Sabtu, 17 April 2010

PANORAMA

My Links
http://www.gintings.fotografer.net
http://www.facebook.com/suranta.ginting/


Kijang

Jumat, 02 April 2010

Foto Berkualitas dengan Kamera Digital

Memotret dengan menggunakan kamera analog ataupun digital secara prinsip fotografi tidak berbeda. Bedanya, dengan kamera analog ada penggantian film, sementara kamera digital tidak ada penggantian film tapi dengan sensor digital.

Namun kamera digital akhir-akhir ini lebih banyak disukai konsumen karena hasil akhirnya bisa langsung dilihat, dan diulang jika hasil fotonya kurang memuaskan. Bagaimana cara menghasilkan foto yang berkualitas lewat kamera digital? Simak beberapa tips berikut ini:

1. Atur kamera dengan mode ukuran gambar paling besar.

Keuntungan dari mode ini adalah memungkinkan Anda dapat mencetaknya dalam ukuran terbesar tanpa ancaman warna foto pecah. Selain itu Anda juga dapat memotong bagian yang tidak dikehendaki pada foto tersebut. Tidak ada gunanya jika Anda membeli kamera dengan resolusi 5, 6, atau 8 megapiksel, tapi Anda tetap memasang mode ukuran gambar standar, dan bukan maksimum.

2. Gunakan pengaturan kualitas dengan level maksimal.

Banyak gambar hasil kamera digital memakai format JPEG. JPEG menghasilkan gambar yang buruk jika dikompresi berlebihan. Agar gambar Anda tampak seperti aslinya, gunakan pengaturan kualitas dengan level maksimal.

3. Pakai tipe gambar JPEG.

JPEG, meskipun bersifat lossy (kurang jelas), bisa jadi merupakan pilihan terbaik. Pasalnya, ketika Anda mengambil gambar dengan format JPEG, keuntungan yang diperoleh juga berlipat karena Anda bisa mengolahnya lagi dengan Adobe Photoshop.

Kamera SLR biasanya memberikan pilihan apakah Anda ingin menggunakan format JPEG, TIF atau Raw. TIF biasa digunakan untuk reproduksi grafis yang berbau seni, misalnya pada majalah dan koran. Sementara Raw, menyimpan apa adanya tanpa pemrosesan gambar lebih lanjut.

Dibanding dengan TIF dan Raw, format JPEG lebih mudah dikelola dengan Photoshop. Kedua format tersebut (TIF dan Raw-red) hanya akan menambah pekerjaan Anda sewaktu akan diproses pada Photoshop.

4. Camkan bahwa Whitte Balance itu penting.

Untuk kebanyakan pengambilan gambar, dianjurkan agar dimulai dengan mode Auto white balance. Fungsinya agar kamera Anda bisa membaca pewarnaan dari cahaya yang ada disekitarnya dan secara otomatis mengatur dirinya sendiri untuk mengoptimalkan white balance.

Mode Daylight cocok untuk hari terang, sementara jika hari berawan, dianjurkan agar Anda memakai mode Cloudy. Untuk mengevaluasi pewarnaan dan pencahayaan, jangan lupa mengetesnya dengan mengambil satu atau dua gambar.

5. Jangan lupa mengatur "Low ISO Number" atau "Use Auto ISO".

Hasil gambar akan lebih jernih jika Anda menggunakan ISO rendah, namun sensitivitas kamera dalam menangkap cahaya menjadi lebih rendah. Sementara jika memakai ISO terlalu tinggi, seperti dilansir Dale laboratories, hanya akan menimbulkan noise pada gambar.

6. Optimalkan penggunaan Histogram.

Dengan menggunakan histogram Anda dapat melihat seberapa optimal sensitivitas sensor kamera dalam menangkap gambar.

7. Hindari menggunakan zoom secara digital.

Sebaiknya jangan menggunakan zoom secara digital karena hanya akan membuat kinerja chip yang mengatur tingkat resolusi (piksel) pada kamera menjadi boros. Coba gunakan zoom dari lensa saja, agar bisa menghemat penggunaan chip. Selain itu hasil bidikan, jika menggunakan zoom secara digital, tidak sebagus jika menggunakan zoom lensa.

8. Belilah kartu Memori berkualitas profesional.

Kecepatan rekam pengambilan gambar dengan memakai memori yang berkualitas tinggi dapat mengimbangi teknologi kamera Anda. Misalnya dengan kartu memori berkecepatan 40x, dapat merekam 3 dari 10 jepretan berturut-turut dalam 1 detik. Sementara dengan memori 4x, Anda hanya bisa merekam 1 gambar dalam 3 detik. Keuntungannya, dengan memori berkualitas tinggi Anda tidak perlu mengkhawatirkan terjadinya pergeseran warna dalam foto.

9. Backup hasil foto dalam CD atau DVD.

Menyiapkan payung sebelum hujan adalah lebih baik. Pastikan backup seluruh kreasi foto-foto Anda dalam CD atau DVD, sebagai antisipasi jika hard drive Anda rusak.


Sumber : www.kameradigital.com

Singkatan dan istilah dalam Fotografi

Berikut ini adalah beberapa singkatan dan istilah yang sering digunakan dalam dunia Fotografi
APS : Advanced Photo System
DIL : Drop in Loading
CID : Cartridge Identification number
FID : Film strip Identification number
USC : Uniform Sigma Crystal/kristal sigma seragam
Kristal sigma : Butir-butir perak halida
AFS : Auto Focus Silent Wave Motor
AFD : Auto Focus Distance Information
DIR : Development Inhibitor Releaser
SPD : Silicon Photo Diode
LCD : Liquid Crystal Display
LED : Light Emitting Diode, lampu
ISO/ASA : Derajat sensitivitas film
ISO : International Standart Organization
ASA : American Standart Association
DIN : Deutsche Industry Norm
NiMH : Nikel Metal Hydride
NiCd : Nikel Cadmium
DRAM : Data Random Acces Memory
RISC : Reduce Intruction Set Computer
CCD : Charge Couple Device (pada kamera digital)
CPL : Circular Polarizing
USM : Ultrasonic motor
ESP : Elektro-Selective Pattern (Sistem pengkuran cahaya otomatik, di saat kondisi kesenjangan kecerahannya sangat besar
SLR : single Lens Reflek, kamera lensa tunggal yang menggunakan cermin dan prisma
TLR : Twin lens Refleks, kamera yang menggunakan dua lensa , satu untuk melihat, lainnya utnuk meneruskan cahaya ke film
Lens Mount : Dudukan lensa
MF : Manual Fokus
AF : Auto Fokus
Fps : Frame per second:, satuan kecepatan pengambilan gambar dalam gambar perdetik
DOF : Depth of Field;ruang tajam, merupakan jarak, dimana gambar masih terlihat tajam/focus, beragntung pada: difragma, panjang lensa dan jarak objek
GN : Guide number; kekuatan cahaya blitz merupakan perkalian antara jarak (dalam meter atau feet) dan diafragma
AR Range : Tingkat terang cahaya dimana system aotufocus masih dapat bekerja, dalam satuan EV

EV : Exposure Value; kekuatan cahaya. Sample, EV=0 kekuatan cahaya pada difragma f/1,0 kecepatan 1 detik

Exposure mode : Modus pencahayaan, pada umumnya ada 4 tipe: manual, Aperture priority, Shutter priority dan Programed (auto)
Aperture : Diafragma
Lens Hood : Tudung lensa
Aperture priority : Prioritas pengaturan pada diafragma, kecepatan rana otomatis

Shutter : Rana
Shutter Priority : Prioritas pengaturan pada kecepatan rana, diafragma otomatis
Exposure compensation :Kompensasi pencahayaan, membuat alternatif pencahayaan dari normal menjadi lebih atau kurang
Flash Exposure Compensation : Kompensasi pencahayaan blitzt
Metering: Pola pengaturan cahaya, biasanya terbagi dalam 3 kategori, centerweighted, evaluative/matrix, dan spot

Center weighted Metering : Pengukuran pencahayaan pada 60% daerah tengah gambar
Evaluative/Matrix : Pengukuran pencahayaan berdasarkan segmen-segmen dan presentase tertentu

Spot : Pengukuran pencahayaan hanya pada titik tertentu
View finder : Jendela bidik
Built in Dioptri: Dilengkapi dengan pengatur dioptri (lensa+ atau � bagi mereka yang berkacamata)

Eye piece Blind : Tirai penutup jendela bidik
Interchangeable Focusing Screen : Fasilitas untuk dapat mengganti focusing screen
Focusing screen : Layar focus
Bracheting : Pengambilan gambar yang sama menggunakan pengukuran pencahayaan yang berbeda
Flash Sync : Sinkron kilat, kecepatan maksimum agar body dan flash masih bekerja harmonis
TTL: Through The Lens, Sistem pengukuran pencahayaan melalui lensa
Remote Flash : Melepaskan lampu kilat dari badan kameranya dan meletakkannya si duatu tempat untuk mendapatkan efek foto yang diinginkan

Bounce : Cahaya lampu kilat yang di pantulkan ke langit-langit atau bidang lain sehingga cahaya menerangi objek secara merata

Slave unit : (Lampu kilat + mata listrik/elctric eye); adalah alat bantu yang sanggup menyalakan lampu kilat bila mata itu menerima sinar dari lampu kilat lain
Wireless TTL : Sistem pengukuran TTL tanpa melalui kabel

Multiple exposure : Fasilitas pemotretan berulang pada fram eyang sama

Pupup Flash : Blitz kecil, terbuat menyatu dengan body
Stop : Satuan pencahayaan, 1 stop sama dengan 1 EV

Red Eye Reduction : fasilitas untuk mengurangi efek mata merah yang biasa terjadi pada pemotretan menggunakan blitz pada malam hari
PC terminal : Terminal untuk blitz di luar hot shoe

Hot shoe : Kaki blitz
Mirror Lock up : Pengunci cermin, agar getaran dapat dikurangi pada saat rana bergerak
Shiftable program : Pada mode program, exposure setting dapat diubah secara otomatis dalam EV yang sama, misalnya dari 1/125 menjadi 1/250 detik, f 5.6 dmenjadi f 11

Second Curtain Sync : Fasilitas untuk menyalakan blitz sesaat sebelum rana menutup

Shutter release : Pelepas rana
Self Timer : Alat penangguh waktu pada kamera
Vertical Grip : Alat pelepas rana utnuk pengambilan secra vertical tanpa harus memutar tangan

Data Imprint : Fasilitas pencetakan data tanggal pada film
Reloadable to last frame: fasilitas untuk mengembalikan film yang telah digulung di tengah ke posisi terakhir yang terpakai

Fill In flash : Blitz pengisi, dalam kondisi tidak memerlukan blitz, blitz tetap dinyalakan untuk menerangi bagian-bagian yang gelap seperti bayangan
Intervalometer : Fasilitas epmotretan otomatis dalam jarak waktu yang tertentu

Multispot : Pengukuran pencahayaan dari beberapa titik

Back : Sisi belakang kamera, berfungis pula sebagai penutup film

Bayonet : Sistem dudukan lensa yang hanya memerlukan putaran kurang dari 90 derajat untuk pergantian lensa

Bulk film : Film kapasitas 250 exposure
Wide lens : lensa lebar, mempunya jarak titik bakar yang pendek, lebih pendek dari 50,,, biasanya:
� 16-22mm (lensa lebar super)
� 24-35mm (lensa lebar medium
� 6-15mm (lensa mata ikan)
Push : Meningkatkan kepekaan film dalam pemotretan, missal dari ISO 100-200/lebih
Pull : kebalikan dari Push
Main light : Cahaya pengisi/tambahan
Foto wedding : Potraiture berpasangan (menciptakan rekaman gambar yang romantisme, baik dari posenya maupun dari suasananya
Foto wedding terbagi 2 yaitu:
� Neo Classic Potraiture, ialah bentuk visual foto berpasangan yang beraura romantis

� Classic wedding, ialah bentuk foto berpasangan yang harus menjadi kenangan

Blouwer : Kipas angin yang digunakan pada pemotretan model untuk menghasilkan efek angin
Reverse ring : digunakan untuk memasang lensa yang di balik, untuk membuat lensa makro alternatif agar cahaya yang masuk tidak bocor

Golden section : Potongan kencana; Hukum komposisi yang mengatakan bahwa keselarasan akan tercapai kalau suatu bidang adalah kesatuan dari 2 bidang yang saling berhubungan
Komposisi : susunan garis, bidang, nada, kontras dan tekstur dalam suatu format tertentu

Siluet : Teknik pencahayaan untuk menampilkan bentuk objek tanpa menunjukkan detilnya
Framing : Pembingkaian objek untuk memberi kesan mendalam/ dimensi objek foto
Panning : Teknik pengambilan gambar dengan kesan gerak (berubahnya latar belakang menjaid garis-garis sementara objek utama terekam jelas

Sandwich : Teknik menggabungkan foto
Cross process : Proses silang, biasanya di lakukan pada film positiv (E6) ke film negatif (C 41), sehingga menimbulkan warna- warna baru pada foto

Esai foto : (Biar foto yang bicara):), merangkai foto menjadi cerita bertema

Dikutip dari berbagai sumber

Kamis, 01 April 2010

Memahami Angka Diaframa pada Lensa

Salah satu teori dasar fotografi menyebutkan bahwa setiap kali mengecilkan bukaan diafragma satu stop, berarti mengurangi volume cahaya (yang masuk melalui lensa) sebanyak setengahnya. Kebalikannya, bila kita memperlebar bukaan diafragma satu stop, berarti menambah volume cahaya sebanyak dua kali lipat dari sebelumnya. Penjelasannya adalah sebagai berikut
Angka diafragma didapatkan dari perbandingan antara panjang fokus lensa dan diameter permukaan lensa yang berfungsi mengumpulkan cahaya. (f/stop = F/Ø)

Jadi, bila lensa 50 mm mempunyai diameter (diameter = diameter lensa (kaca) bukan diameter dudukan filter) selebar 50 mm maka dikatakan dia mempunyai diafragma f/1 (50 mm : 50 mm). Ini adalah lensa yang sangat kuat mengumpulkan cahaya dan saat ini hanya diproduksi oleh satu produsen kamera (canon).
Dari sini dapat dihitung – memakai lensa normal dengan bukaan maksimum f/1,4 – berapa diameter lensa yang digunakan untuk mengumpulkan cahaya.
50 mm : f/1,4 = 35,7 mm
(pembulatan dari 35,7142857.......)²²
Bila kita sadari bahwa yang bertanggungjawab mengumpulkan cahaya adalah seluruh luas permukaan lensa yang bersangkutan, hitung-hitungan ini menjadi makin menarik lagi. Masih ingat pelajaran SMP bahwa rumus untuk mencari luas lingkaran adalah sama dengan πr² (pi r kuadrat)? Atau 22/7 kali jari-jari kali jari-jari?
Jadi, bila jari-jari diameter lensa 50 mm f/1,4 adalah 17,85 mm (35,7 : 2) maka luas permukaan lensa tersebut adalah
π x 17,85²
= 3,1415926535897932384626433832795 x 318,6225
= 1000,982105268413896122063591389 mm² (dibulatkan menjadi 1001 mm²)
Bila diafragma kita kecilkan satu stop menjadi f/2, kemampua mengumpulkan cahya dari lensa yang bersangkutan menjadi turun setengahnya. Dengan diafragma f/2 tersebut, secara virtual diameter lensa tadi “diubah” menjadi 25 mm (50 mm : f/2). Jari-jari lensa tersebut menjadi 12,5 mm
Luas permukaan (virtual) lensa yang bersangkutan menjadi
π x 12,5²
= 3,1415926535897932384626433832795 x 156,25
= 490,87385212340519350978802863742 mm² (dibulatkan menjadi 491 mm²)
Mengapa tidak menjadi setengahnya? Bukankah 491 mm² belum setengah dari 1001 mm² ?
Perlu diingat bahwa dalam fotografi terdapat banyak pembulatan dan kompromi. Angka 491 mm² sudah sangat mendekati setengah dari 1000 mm². Lagi pula perbedaan luas 9 mm² akan sangat sedikit perbedaannya dalam hasil pemotretan.
Tetapi, jika anda masih penasaran juga, kita lihat saja mengapa tidak dibuat benar-benar setengahnya (500 mm²). Bila demikian, hitungannya kita balik menjadi
500 mm² : π
= 500 : 3,1415926535897932384626433832795
= 159,15494309189533576888376337251
Akar dari 159,15494309189533576888376337251 adalah jari-jari lensa tersebut, yakni 12,615662610100800241235747611828 mm

Dari sini didapat angka 25,231325220201600482471495223657 mm sebagai diameter. f/stop lensa yang bersangkutan adalah
50 mm : 25,231325220201600482471495223657
= f/1,9816636488030055066725143825606

Pertanyaannya sekarang adalah, muatkah sederetan angka tersebut untuk dituliskan di atas gelang diafragma yang lebarnya imut-imut itu? Lagipula bukankah sudah sangat nyata sekarang bahwa sebenarnya f/1,98 dan seterusnya itu sudah sangat mendekati f/2?

Kita lanjutkan dengan bukaan diafragma berikut, yakni f/2,8 sekalian untuk menunjukkan lebih jauh tentang pembulatan dan kompromi tadi.

Diameter virtual lensa 50 mm pada f/2,8 adalah
50mm : f/2,8 = 17,85 mm
(dari 17,857142857142857142857142857143)
Jari-jarinya adalah 17,85 : 2 = 8,925 mm

Luas permukaannya :
π x 8,925²
= 3,1415926535897932384626433832795 x 79,655625
= 250,2455263171034740305158978472 mm²
Atau 250 mm². Uhapir setengahnya dari luas permukaan sebelumnya dan seperempat dari luas permyukaan pada diafragma f/1,4.

Dengan rumus tadi, luas permukaan pada f/4 adalah
122,71846303085129837744700715936 mm² (dibulatkan menjadi 123 mm² sekali lagi hampir setengah dari sebelumnya)

Luas permukaan lensa dari satu diafragma ke diafragma yang lain berkisar kurang lebih setengah (bila dikecilkan) atau dua kali lipat (bila dibesarkan) dari nilai sebelumnya.
Dalam hubungannya dengan kecepatan rana, cukup jelas tampaknya bahwa dengan mengurangi volume cahaya setengahnya (-1 stop) otomatis membutuhkan waktu dua kali lipat lebih lama (+1 stop), dan sebaliknya, dengan menggandakan volume cahaya, waktu yang dibutuhkan juga menjadi lebih cepat dua kali lipat.

Lalu, tahukah anda bahwa terdapat beberapa versi mengenai arti sebenarnya dari f/stop?f/stop (f kecil) dapat berarti salah satu di bawah ini.
a. singkatan dari fenestra (latin) yang berarti “jendela” (diartikan bahwa bukaan difragma membentuk “jendela” bagi cahya untuk masuk melalui lensa).
b. Singkatan dari function (fungsi) atau fraction (pecahan)
c. Simbol dari focal length (panjang fokus) dibagi diameter bukaan (aperture)
d. Dari seorang fotografer legendaris (ansel adams) yang merasa bentuk huruf ‘f’ untuk bukaan diafragma lebih “indah” dan “nyeni” dari penulisan standar amerika yang sempat populer di awal abad 20 lalu (misalnya, U.S. 1 untuk f/4, U.S.4 untuk f/8, dan seterusnya).

Manapun yang anda percayai, jelasnya kata “stop” melambangkan pergeseran satu bukaan diafragma ke diafragma lain yang memiliki titik henti pada gelang pengatur.

Dikutip dari berbagai sumber.

Tips Memilih Kamera Digital

Kamera Digital mempunyai jenis yang bermacam-macam dan fitur yang terkadang membuat kita bingung untuk memilih sesuai dengan kebutuhan kita. Memilih kamera sebenarnya gampang-gampang susah terutama bagi pengguna yang masuk kategori pemula atau amatir. Oleh karena itu, tips ini sangat berguna bagi calon pengguna kamera sebelum memilih kamera digital yang diinginkan. Berikut beberapa tips sebelum berburu kamera digital.

Resolusi
Gambar digital dibuat oleh titik-titik yang disebut piksel. Resolusi ini merujuk pada banyaknya piksel yang bekerja sama membuat suatu foto. Biasanya ditunjukkan oleh horizontal x vertikal. Resolusi 1280x960 memiliki total 1,2 Megapiksel. Semakin besar resolusi akan memproduksi foto yang juga lebih baik.

Sesuaikan resolusi yang ditawarkan dengan pilihan Anda. Biasanya dalam satu kamera tersedia pilihan resolusi yang berbeda. Jika hanya ingin mengirim foto melalui e-mail, resolusi 640x480 sudah memadai. Tapi jika ingin mencetak sebaiknya pilih resolusi yang lebih besar, agar gambar tidak pecah dan buram.

Pastikan fitur pendukung lainnya
Sebelum membeli, pastikan kamera digital pilihan Anda memilih beberapa fitur pendukung seperti kemampuan memori tambahan. Ini untuk memperbesar gudang penyimpanan foto Anda.

Jika sesekali menginginkan gambar bergerak, pilih kamera yang mendukung video karena beberapa kamera digital ada yang hanya berkemampuan audio saja. Sesuaikan dengan kebutuhan Anda. Video atau audio?

Selain itu perhatikan kemampuan zoom yang ditawarkan. Optical zoom menjadi pusat perhatian ketimbang digital zoom, si peranti kunak yang menyediakan fasilitas croppping dan memperbesar gambar.

Lampu kilat (flash)
Rata-rata produk kamera digital dilengkapi dengan lampu kilat yang terintegrasi. Ada yang otomatis atau perlu menekan tombol on untuk menjalankannya. Flash berguna sebagai pendukung cahaya.

Gambar yang diambil dalam kondisi agak gelap dapat tetap tampil maksimal dengan bantuan lampu menyilaukan.

Perhatikan juga apakah si ramping memiliki fitur tambahan seperti pengurang efek mata merah. Beberapa produk juga datang dengan pilihan foto untuk pengambilan gambar di malam hari atau night scene.

Layar LCD
Layar LCD di bagian belakang kamera digital memudahkan Anda melihat obyek. Di sini Anda juga bisa melihat dan menghapus gambar yang tidak diinginkan. Pilih layar LCD dengan kandungan resolusi yang cukup besar sehingga warna yang tampil lebih natural. Ukuran layar juga berbeda-beda. Pastikan layar tidak terlalu kecil, sehingga gambar bisa tampil maksimal.

Self-timer
Self timer biasanya bisa mencapai 10 detik. Selain memudahkan memotret gambar diri, fitur ini juga berguna untuk mengambil gambar dalam keadaan cahaya yang kurang karena bisa mengurangi guncangan akibat tekanan pada tombol pengambilan gambar.

Daya tahan baterai
Kalau tak ingin kesenangan terputus gara-gara baterai loyo, Anda perlu memperhatikan berapa lama sumber listrik ini bisa bertahan. Memilih baterai yang bisa diisi ulang (rechargeable) adalah tindakan bijaksana dan lebih hemat.

Koneksi
Perhatikan apakah kamera digital Anda bisa berhubungan dengan perangkat digital lainnya seperti televisi, printer, PC atau Mac. Anda akan tertolong dengan adanya USB kabel.

Anda juga bisa mencetak gambar dengan bantuan kabel USB. Beberapa kamera digital sudah mendukung PictBridge yang membuat Anda leluasa mencetak gambar langsung dari kamera digital meski mereknya berbeda.

Adapun keenam vendor yang mempelopori standar terbuka itu adalah Canon, Hewleet-Packard, Seiko Epson Corporation, Olympus Optical Company, Fuji Photo Film Corporation dan Sony Corporation.

Kalkulasi harga
Jangan lupa untuk mengkalkulasi harga perangkat pendukung lainnya seperti baterai isi ulang dan adapter AC.

Waktu operasi
Pilih kamera digital yang tidak butuh waktu terlalu banyak setelah jeda pengambilan gambar. Selisih waktu 4 hingga 6 detik saja mungkin membuat Anda kurang puas dengan kinerja si ramping.

Bandingkan harga dan garansi
Jangan hanya terpikat pada sati toko saja. Kalau ada waktu luang tidak ada salahnya Anda melakukan riset kecil-kecilan sebelum membeli.

Margin keuntungan yang berbeda menjadi sumber mengapa harga yang Anda temui di toko yang satu tidak sama dengan yang lain. Perhatikan juga garansi.


Akhirnya jangan hanya terpikat pada bentuk tubuh yang menggoda tapi perhatikan isi atau fitur yang ada di dalam suatu produk.

Dikutip dari berbagai sumber